Mungkin film Awi terbaik, dari segi berhasil jadi horor yang cukup efektif. Ada tiga hal: penciptaan adegan menakutkan, spooky/creepy, yang cukup kreatif (adegan buka kain ruang fit in di toko itu, dengan kain yang makin lama makin kotor, misalnya); ketegangan yang cukup berhasil di bangun lewat editing; casting Iwa K, yang bisa super creepy walau hanya berjalan sambil tersenyum saja. Kelemahan Awi yang cenderung bikin adegan ngobrol jadi terasa berlarat dan dibuat2 karena terlalu kepingin taat rumusan shot2 continuity drama masih tampak di adegan2 yang tidak tegang. Juga nilai dasar doi yang problematik: tradisi sebagai sumber horor.
Favorite films
Recent activity
AllRecent reviews
More-
-
Confession 2022
I saw many of the twists coming already in half of the second act. But, it's still compelling. I think it's the acting and the editing.
Popular reviews
More-
Autobiography 2022
Ini nonton kedua kali, setelah dulu sempat nonton versi lebih mentah dalam pewarnaan dan suara. Jadi, ada perbandingan. Dan boleh dibilang, khususnya suara semakin menambah daya cekam film ini. Lanskap suara film ini menambah kedalaman --suara azan subuh masjid kampung bersahutan, tata musik yang atmosferik, napas memberat.
Menonton kali kedua, di bioskop Sala Darsena, dalam rangka world premier di Venice Film Festival. Mungkin ini memberi bias haru saat saya menonton. Film panjang pertama Makbul Mubarak ini, masuk kompetisi Horizon. Tapi,…
-
Sri Asih 2022
Nonton di hari pertama tayang, dengan harap-harap cemas. Berharap karena sutradaranya Upi. Setelah Belenggu, Upi tampak tumbuh jadi sutradara genre yang memberi kesegaran. Cemas, karena praktis belum ada film superhero Indonesia yang memuaskan --film superhero adalah genre yang kurang punya akar dalam sejarah budaya pop kita.
Kecemasan itu yang jadi kenyataan. Sebagian, karena harapan tak terpenuhi --film ini tak terlalu terasa sebagai film Upi. Kekurangan utama, naskah: dialog, karakterisasi, dan pengadeganan ala teater boneka. Film ini sangat kepingin keren, tapi…
